Sejarah Kabah di Mekkah, Arab Saudi: Salah Satu Keajaiban Dunia!

Sejarah kabah

Kabah, yang juga dikenal sebagai Kaaba, adalah salah satu tempat paling suci dalam agama Islam. Terletak di Mekkah, Arab Saudi, Kabah adalah pusat ibadah utama bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia. Namun, sejarah Kabah jauh lebih tua daripada agama Islam dan memiliki akar yang dalam dalam sejarah Arab. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah Kabah, mulai dari masa pra-Islam hingga saat ini.

Sejarah Pendirian Kabah

Pada Kitab Suci Alquran, diceritakan bahwa Ka’bah pertama kali didirikan oleh Nabi Ibrahim AS bersama putranya, Nabi Ismail AS, atas perintah Allah SWT. Kisah ini terdapat dalam beberapa surah Alquran, termasuk QS Al-Maidah ayat 97 yang menyebutkan: “Allah telah menjadikan Ka’bah rumah suci tempat manusia berkumpul…” QS Al-Baqarah ayat 127 juga menceritakan peristiwa saat Ibrahim dan Ismail meninggikan pondasi Baitullah dan berdoa kepada Tuhan mereka.

Perkiraan sejarah menempatkan awal konstruksinya sekitar tahun 1500 SM. Namun, ada pandangan lain yang menyatakan bahwa Ka’bah mungkin sudah ada sejak zaman Nabi Adam. Para ahli sejarah juga memperkirakan bentuk awal Ka’bah memiliki tinggi sekitar 30 hingga 31 hasta atau sekitar 20 meter dengan lebar sekitar 20 hasta atau sekitar 10 meter, dengan strukturnya terdiri dari susunan batu tanpa menggunakan semen sebagai perekatnya.

Prahistori dan Masa Jahiliyah

Sejarah Kabah dimulai pada zaman prasejarah, sebelum kemunculan agama Islam. Pada masa itu, Mekkah (Makkah) adalah pusat perdagangan penting di Jazirah Arab. Pada masa Jahiliyah (zaman kebodohan), suku-suku Arab melakukan perjalanan ke Mekkah untuk berdagang dan juga untuk melakukan ibadah pagan. Kabah pada saat itu adalah sebuah bangunan sederhana yang terdiri dari dinding batu yang rendah, di tengah padang pasir. Bangunan tersebut digunakan untuk menyimpan berbagai jenis berhala yang disembah oleh berbagai suku.

Kabah dalam Sejarah Pra-Islam

Kabah, bahkan sebelum kedatangan Islam, sudah menjadi tempat penting dalam kehidupan sosial dan agama orang Arab. Setiap tahun, suku-suku Arab dari seluruh semenanjung berkumpul di Mekkah untuk merayakan pesta keagamaan yang disebut “Hajj” dan “Umrah.” Selama periode ini, perdamaian diumumkan dan tidak ada peperangan atau pertumpahan darah yang diperbolehkan di Mekkah.

Salah satu praktik utama yang terkait dengan Kabah pada masa pra-Islam adalah “Tawaf,” yang merupakan ritual mengelilingi Kabah tujuh kali searah jarum jam. Ini adalah tindakan penghormatan terhadap struktur suci ini. Tawaf juga mencerminkan perjalanan para nabi dalam perjalanan mereka untuk menemui Allah.

Ketika Islam muncul pada abad ke-7 M, Kabah telah menjadi pusat spiritual bagi berbagai suku di Jazirah Arab, meskipun pemujaan berhala tetap menjadi bagian dari agama mereka. Namun, setelah kedatangan Nabi Muhammad dan penyebaran Islam, status Kabah berubah secara dramatis.

Kabah dalam Islam

Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya pada tahun 610 M, ajaran Islam mulai menegaskan monoteisme mutlak dan penolakan terhadap pemujaan berhala. Muhammad dan pengikutnya menghadapi penindasan dan perlawanan keras dari suku-suku Quraisy yang menguasai Mekkah. Pada tahun 630 M, Muhammad memimpin pasukan Muslim dalam Penaklukan Mekkah, dan kota tersebut jatuh ke tangan Muslim. Ini adalah titik balik dalam sejarah Kabah.

Setelah penaklukan Mekkah, Nabi Muhammad memerintahkan penghancuran semua berhala di Kabah dan membersihkannya dari semua peninggalan agama Jahiliyah. Dinding-dinding Kabah dipulihkan, dan bangunan ini digunakan sebagai tempat ibadah eksklusif untuk umat Islam. Ketika Nabi Muhammad melakukan Tawaf pertamanya setelah penaklukan Mekkah, ia mengumumkan bahwa hanya Allah yang patut disembah, dan Kabah adalah rumah Allah.

Sejak saat itu, Kabah telah menjadi tempat utama ibadah bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia. Setiap tahun, jutaan Muslim melakukan perjalanan ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Hajj, yang merupakan salah satu dari lima pilar Islam. Mereka berkumpul di Kabah, melakukan Tawaf, dan merayakan kesatuan umat Islam.

Arsitektur Kabah

Kabah adalah bangunan kubus yang sederhana, terbuat dari batu yang dilapisi dengan kain khusus yang disebut “kiswah.” Bagian luar bangunan dipenuhi dengan perabotan dan tekstil yang diberikan oleh berbagai negara dan komunitas Muslim. Kain kiswah yang melapisi Kabah diubah setiap tahun selama Hajj.

Kabah memiliki pintu masuk utama yang disebut “Multazam” yang berada di sebelah sudut timur. Multazam adalah tempat yang sangat suci di mana umat Islam berdoa dan berharap untuk dikabulkan oleh Allah. Di salah satu sudut Kabah terdapat Batu Hajar Aswad, atau Batu Hitam, yang adalah bagian integral dari ritual Tawaf. Ini adalah batu kristal hitam yang dilapisi perak dan dikenal dalam sejarah Islam karena jejak-jejaknya sejak masa Ibrahim.

Renovasi dan Pemeliharaan

Kabah telah mengalami sejumlah perombakan dan renovasi sepanjang sejarahnya. Salah satu perombakan terbesar terjadi selama masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 683 M. Pada masa itu, bangunan ini dibangun kembali dengan pondasi yang diperkuat dan konstruksi batu yang lebih kuat. Kabah juga telah direnovasi oleh berbagai penguasa Muslim, termasuk Khalifah Al-Mahdi pada abad ke-8, Sultan Seljuk pada abad ke-11, dan Sultan Ottoman pada abad ke-19.

Perawatan dan pemeliharaan Kabah saat ini adalah tanggung jawab Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Mereka bertanggung jawab untuk menjaga struktur fisiknya dan memastikan bahwa ia tetap menjadi pusat ibadah bagi umat Islam di seluruh dunia.

Kabah dalam Peninggalan Kultural

Selain menjadi tempat ibadah, Kabah juga memiliki peran penting dalam sejarah dan budaya Islam. Itu menjadi simbol kesatuan Muslim dan kiblat, yaitu arah yang dihadapkan oleh umat Islam saat mereka melaksanakan salat (shalat) lima kali sehari. Dalam seni Islam, gambaran Kabah sering digunakan dalam karya seni, dan banyak seniman Muslim mencoba mereproduksi detail-detail Kabah dalam lukisan mereka.

Kabah juga telah menjadi subyek penyairan, sastra, dan diskusi intelektual dalam dunia Islam. Seluruh dunia Muslim memiliki rasa keterkaitan yang kuat dengan Kabah, dan ini menciptakan ikatan yang mendalam di antara jutaan umat Islam yang datang ke sini setiap tahun.

Kesimpulan

Sejarah Kabah adalah cerminan dari evolusi agama Islam dan peran sentralnya dalam kehidupan umat Islam. Dari awalnya menjadi tempat ibadah pagan, Kabah menjadi pusat spiritual dan kiblat bagi miliaran Muslim di seluruh dunia. Ini juga mencerminkan nilai kesatuan dan persatuan dalam agama Islam dan menyiratkan pentingnya tempat suci dalam budaya dan sejarah Muslim. Bagi jutaan orang yang datang ke sini setiap tahun, Kabah adalah tempat yang menginspirasi dan bersejarah dalam perjalanan spiritual mereka.

Referensi:

  • Buku “SEJARAH KABAH Kisah Rumah Suci yang Tak Lapuk Dimakan Zaman”, oleh Prof. Dr.Ali Husni Al-Kharbuthli
  • Renovasi Ka’bah – islam.nu.or.id