Penjualan iPhone 15 Anjlok, Apple Terancam Tumbang?

Alasan iPhone 15 Tak Laku, Apple Terancam Tumbang
Alasan iPhone 15 Tak Laku, Apple Terancam Tumbang/youtube/Sami Luo Tech

China memiliki pangsa pasar HP terbesar di dunia, sehingga produsen smartphone berkompetisi untuk meningkatkan penjualan di negara tersebut. Kehadiran ponsel di pasar yang diperintah oleh Xi Jinping menjadi fokus utama bagi perusahaan-perusahaan tersebut.

Menurut data terbaru, penjualan iPhone di China mengalami penurunan signifikan sebesar 13% pada kuartal Desember 2023, mencapai angka sebesar US$ 20,8 miliar atau sekitar Rp 326 triliun. Pasar China telah lama menjadi pendorong utama pertumbuhan bisnis Apple, sehingga penurunan ini merupakan hal yang memprihatinkan.

Para analis memproyeksikan bahwa penjualan iPhone di China masih akan menurun sepanjang tahun 2024. Beberapa faktor mendasar telah menyebabkan prediksi ini. Kabar terbaru ini diungkapkan oleh CNBC International pada Selasa, 6 Februari 2024.

Pada tahun lalu, Huawei mengeluarkan smartphone yang sangat dinanti-nantikan, yaitu Mate 60. Peluncuran HP ini mengejutkan karena tidak didahului dengan kampanye pemasaran yang mencolok.

Namun, Huawei Mate 60 Pro segera menciptakan kehebohan di industri teknologi karena kemampuannya mendukung jaringan 5G. Hal ini menarik perhatian banyak pihak, terutama mengingat sejak dimasukkan ke dalam daftar hitam AS pada tahun 2019, Huawei belum pernah meluncurkan perangkat 5G sebelumnya.

AS telah menghentikan akses Huawei terhadap teknologi canggih dari negaranya, yang menghambat pengembangan smartphone 5G oleh perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kemunculan Mate 60 Pro dituduh sebagai hasil dari pelanggaran Huawei terhadap larangan AS.

Meskipun terjadi drama di belakang layar, Huawei Mate 60 Pro mendapatkan sambutan yang hangat dari masyarakat China. Huawei, yang sebelumnya mengalami penurunan penjualan, akhirnya berhasil kembali ke peringkat lima besar dalam penjualan smartphone terbanyak di China pada kuartal keempat tahun 2023.

Penjualan HP Huawei meningkat sebesar 36% secara year-on-year (yoy) di kuartal keempat tahun 2023, sementara pabrikan tersebut berhasil memperoleh pangsa pasar sebesar 13,9% di China.

Peluncuran Huawei Mate 60 Pro bersamaan dengan rilis seri iPhone 15. Hal ini menyebabkan penjualan iPhone 15 tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya.

Menurut Neil Shah, seorang mitra di firma Counterpoint Research, “Kembalinya Huawei ke pasar premium menarik minat konsumen yang sebelumnya beralih ke Apple karena Huawei menghentikan produksi smartphone 5G.” Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Huawei kembali dalam pasar telah menjadi perhatian serius bagi pesaingnya.

Persaingan Smartphone Flagship

Tidak hanya Huawei, Apple juga menghadapi persaingan yang ketat dengan pemain lokal lain seperti Oppo dan Xiaomi di pasar smartphone China. Selama ini, mayoritas ponsel China dikenal menyasar segmen low-end.

Namun, terjadi pergeseran tren di mana konsumen semakin cenderung memilih smartphone premium. Hal ini mendorong vendor-vendor China untuk berlomba-lomba meluncurkan produk flagship mereka. Akibatnya, posisi iPhone sebagai perangkat premium kini memiliki banyak pesaing di pasar.

Peningkatan minat konsumen terhadap smartphone premium juga mendorong inovasi dan persaingan yang lebih ketat di pasar. Perusahaan-perusahaan teknologi, baik lokal maupun internasional, harus terus berupaya untuk memenuhi tuntutan pasar yang semakin beragam dan menantang. Dengan demikian, konsumen akan semakin dimanjakan dengan pilihan-pilihan produk yang berkualitas dan inovatif.

Selain itu, ponsel-ponsel asal China juga semakin gencar menghadirkan spesifikasi mentereng ala flagship dengan harga yang lebih terjangkau.

Menurut Neil Shah, “Perangkat high-end tidak hanya dilihat dari harga yang mayoritas di atas US$ 563 (sekitar Rp 8,8 jutaan), tetapi juga dari fitur-fitur yang selama ini ditemukan di HP premium.”

Dia menambahkan, “Kompetisi yang meningkat di pasar premium memberikan tekanan yang signifikan terhadap iPhone model lama maupun seri baru.” Hal ini menunjukkan bahwa produsen smartphone, termasuk Apple, harus terus berinovasi dan memberikan nilai tambah yang signifikan kepada konsumen agar tetap kompetitif di pasar yang semakin ketat.

Pengaruh Faktor Ekonomi China

Pada tahun lalu, ekonomi China menghadapi tantangan yang berat dengan kolapsnya sektor properti. Situasi ini menyebabkan daya beli masyarakat semakin menurun.

Tren ini kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2024, memberikan perspektif baru bagi masyarakat dalam membelanjakan uang mereka. Sebagai hasilnya, produk-produk flagship dengan harga terjangkau akan menjadi lebih menarik bagi mereka.

Josh Karen, pendiri Musketeer Capital Partners, mengamati, “Kondisi ekonomi China memiliki dampak besar pada kebiasaan konsumsi masyarakatnya. Saat ini, mereka lebih mempertimbangkan ‘untuk apa membeli ponsel mahal jika bisa mendapatkan produk dengan spesifikasi yang serupa namun dengan harga yang lebih terjangkau’.

” Hal ini mencerminkan perubahan pola pikir konsumen yang lebih bijaksana dalam mengelola keuangan mereka di tengah situasi ekonomi yang sulit.

Brand Apple Sudah Dianggap Biasa

Selama ini, Apple dianggap sebagai merek mewah di China, dan anak-anak muda kerap mengidolakannya karena produk Apple dianggap membuat mereka ‘naik kelas’.

Namun, pandangan ini mulai mengalami perubahan. Salah satu alasan utamanya adalah karena Apple dianggap tidak lagi menjadi pelopor dalam meluncurkan inovasi terbaru.

Sementara merek-merek seperti Samsung dan Honor berlomba-lomba meluncurkan ponsel lipat yang inovatif, Apple terus berpegang pada model iPhone yang mungkin dianggap monotone oleh sebagian konsumen.

Seorang individu menyatakan, “Menurut saya, brand Apple kini kehilangan daya tarik seperti dulu. Reputasinya di kalangan Gen Z sudah mulai memudar.” Perubahan pandangan ini mencerminkan pergeseran preferensi konsumen, terutama kalangan muda, yang lebih menghargai inovasi dan nilai tambah dari produk-produk teknologi yang mereka konsumsi.

Masalah Geopolitik Amerika Serikat-China (Perang Dagang)

Seperti halnya dengan banyak perusahaan teknologi asing yang beroperasi di China, isu geopolitik selalu menjadi sumber ketegangan. Pada tahun lalu, Bloomberg melaporkan bahwa China memperluas pemblokiran penggunaan iPhone di kalangan pegawai pemerintah.

Saat ini, staf di perusahaan-perusahaan yang memiliki afiliasi dengan pemerintah juga dilaporkan telah dilarang menggunakan iPhone di lingkungan kerja. Hal ini menunjukkan adanya ketegangan yang semakin meningkat antara China dan beberapa perusahaan teknologi asing, termasuk Apple.

Kebijakan pembatasan penggunaan iPhone ini dapat menjadi tantangan baru bagi Apple dalam mempertahankan pangsa pasar di China, terutama di kalangan pekerja dan perusahaan yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah. Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya faktor geopolitik dalam dunia bisnis global, di mana kebijakan pemerintah dapat memengaruhi operasi dan strategi perusahaan asing yang beroperasi di negara-negara tertentu.