Menurut Pakar, Ini Cara Adaptasi Pekerja Agar Tidak Terancam di Ambil Alih AI

Ilustrasi transformasi digital oleh AI
Ilustrasi transformasi digital oleh AI/Freepik

Kekhawatiran terhadap dampak teknologi kecerdasan buatan (AI) pada pekerjaan manusia semakin meningkat. Prediksi bahwa AI akan menggantikan sejumlah peran pekerjaan manusia telah memicu kekhawatiran akan lonjakan pengangguran.

Banyak yang percaya bahwa AI dapat bekerja secara sinergis dengan manusia untuk meningkatkan efisiensi. Dalam banyak kasus, AI dapat mengambil alih tugas-tugas yang repetitif dan membebaskan waktu manusia untuk fokus pada tugas yang lebih kreatif, strategis, atau membutuhkan kecerdasan emosional.

Namun, Daniel Saphero, COO LinkedIn, menawarkan pandangan optimis. Dia menyatakan bahwa manusia dapat mengambil langkah-langkah untuk beradaptasi dengan AI guna meningkatkan produktivitas. Menurut Saphero, dalam wawancara dengan Bloomberg, integrasi AI akan mengubah peran di berbagai bidang, mulai dari teknik hingga pemasaran, keuangan, dan hukum. Ia menekankan perlunya kolaborasi antara manusia dan AI untuk menciptakan transformasi skill yang diperlukan di masa depan.

Saphero menegaskan bahwa keahlian kunci di masa depan adalah kemampuan memanfaatkan potensi AI dalam kehidupan sehari-hari. Dia memprediksi bahwa profesi yang akan menjadi sangat diminati adalah peran data scientist dan platform engineer karena gelombang perkembangan teknologi yang semakin pesat.

Menurutnya, adaptasi efektif terhadap AI menjadi tuntutan bagi semua perusahaan di berbagai sektor. Meski ditanya tentang masa depan popularitas AI, Saphero ragu-ragu. Baginya, penerapan teknologi ini telah membuktikan kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan, dari pesan teks hingga desain visual dan pembuatan resume yang menarik untuk pencarian pekerjaan.

Dalam konteks pekerjaan, ia optimis bahwa nilai dari AI-generatif akan semakin terlihat jelas. Jamie Dimon dari JPMorgan Chase bahkan mengatakan bahwa di masa depan, manusia hanya akan bekerja 3 hari dalam seminggu karena bantuan AI. Saphero tidak bisa menjamin hal ini, namun yakin bahwa AI akan membebaskan manusia dari pekerjaan monoton untuk fokus pada hal-hal yang lebih bermakna.

Bagi generasi yang akan memasuki dunia kerja, Saphero menyarankan untuk menguasai alat-alat AI dan mengeksplorasi potensi yang luar biasa dari teknologi ini. Meskipun skill teknikal akan diminati, kebutuhan akan skill kemanusiaan seperti kemampuan komunikasi dan kreativitas juga akan meningkat.

Meskipun ada kekhawatiran yang wajar, pendekatan yang bijaksana adalah melihat AI sebagai alat yang dapat meningkatkan produktivitas dan memberikan potensi untuk transformasi positif dalam berbagai sektor. Mengelola perubahan ini dengan bijak dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya mungkin menjadi kunci untuk meminimalkan dampak negatifnya.

Semua ini menunjukkan bahwa adaptasi terhadap AI tidak hanya tentang keterampilan teknis, tetapi juga tentang keseimbangan dengan aspek-aspek kemanusiaan yang tak tergantikan oleh teknologi.

Tagged