Google Mulai PHK Sebagian Karyawannya dan Menggantinya dengan AI

Google Mulai PHK Sebagian Karyawannya dan Menggantinya dengan AI
Google Mulai PHK Sebagian Karyawannya dan Menggantinya dengan AI

Google sedang mempertimbangkan peningkatan penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagian karyawan. Rencana ini menandai langkah maju dalam penggantian pekerja manusia dengan teknologi AI.

Detail terkait jumlah karyawan yang mungkin terpengaruh belum jelas. Namun, peristiwa ini menunjukkan perubahan signifikan dalam penggunaan kecerdasan buatan untuk menggantikan peran pekerja manusia.

Pada periode sebelumnya, Google mengumumkan peluncuran “era baru iklan yang didukung AI”. Upaya ini mencakup penggunaan teknologi AI untuk menciptakan pengalaman iklan yang inovatif, termasuk pembuatan otomatis konten iklan dan pengoptimalan real-time untuk tingkat visibilitas yang lebih tinggi.

Fitur Performa Maksimal menghasilkan iklan yang dapat berubah secara dinamis berdasarkan rasio klik-tayang untuk meningkatkan visibilitas. Hal ini menggantikan tugas yang sebelumnya memerlukan keterlibatan manusia secara signifikan.

Laporan dari The Information mencatat bahwa pengiklan semakin mengadopsi Performa Maksimal (PMax), mengurangi kebutuhan akan karyawan yang sebelumnya bertanggung jawab atas penjualan iklan layanan khusus di Google.

Pentingnya iklan sebagai sumber utama pendapatan Google membuat perusahaan cenderung mengurangi biaya operasional dengan menggantikan peran karyawan manusia dengan teknologi AI.

Hampir setengah dari 30 ribu karyawan di divisi iklan Google sebelumnya fokus pada tugas semacam itu. Transisi ini memiliki dampak penting bagi bisnis Google karena iklan merupakan sumber pendapatan utama. Dengan menggantikan pekerja manusia, Google diperkirakan akan meningkatkan margin laba dengan mengurangi biaya.

Tren otomatisasi pekerjaan yang didorong oleh kecerdasan buatan juga mempengaruhi industri lainnya. IBM, misalnya, mengalami penurunan rekrutmen untuk pekerjaan yang bisa dilakukan oleh AI, berpotensi menggantikan ribuan pekerjaan dalam beberapa tahun mendatang.

Namun, pertanyaannya adalah mengapa? Para ahli telah memperhatikan dampak otomatisasi pekerjaan AI pada beberapa industri. Awal tahun ini, CEO IBM, Arvind Krishna, mengungkapkan kepada Bloomberg bahwa perusahaannya sedang menunda perekrutan untuk posisi yang dapat digantikan oleh AI.

“Sebanyak 30% dari posisi tersebut (7.800 pekerjaan) dapat dengan mudah digantikan oleh AI dan otomatisasi dalam jangka waktu 5 tahun,” ujar Krishna.

Di sektor layanan pelanggan, beberapa perusahaan seperti platform e-commerce Dukaan dari India mengeksplorasi penggunaan AI untuk menggantikan tim layanan pelanggan dengan bot. Hal ini dianggap dapat menghemat biaya secara signifikan dengan kecerdasan buatan yang lebih efisien.

Studi oleh McKinsey Global Institute menunjukkan bahwa tren ini dapat berkembang lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh banyak pihak. Goldman Sachs bahkan memperkirakan sekitar 300 juta pekerjaan berisiko hilang akibat pengaruh kecerdasan buatan.